Ternyata tujuan pertama kita di kota Hue adalah Bukit Khe Ha di desa Huang Long. Di atas bukit ini berdiri Pagoda Thien Mu, icon Vietnam yang sangat terkenal. Dari kejauhan menara kuno berbentuk octagonal setinggi 21 meter ini terlihat sangat anggun bak seorang gadis Vietnam yang sedang berdiri menghadap ke sungai Perfume. Persis kayak lukisan-lukisan Vietnam yang gue beli. Mungkin itu sebabnya pagoda ini dikenal juga dengan sebutan Pagoda Linh Mu yang artinya Pagoda Surga Peri Wanita … he he he he … sok tau aja gue :)It turns out our first destination in the city of Hue is Khe Ha Hill in the Huang Long Village. On top of this hill stood Thien Mu Pagoda, the very famous of Vietnam's icon. From a distance the existing 21 meters high ancient octagonal tower looks very elegant, like a Vietnamese girl who was standing overlooking the Perfume River. Looks like Vietnamese paints which I bought. May be that’s why the pagoda is also known as Linh Mu Pagoda which means Heaven Fairy Lady Pagoda … he he he he … Just my smartass :)
Sebenarnya nama pagoda yang indah ini berasal dari sebuah legenda special masyarakat Hue. Pada jaman dahulu kala, ada seorang perempuan tua muncul di atas bukit tempat berdirinya pagoda saat ini, memberitahu masyarakat setempat bahwa Tuhan akan datang dan membangun sebuah pagoda Buddha untuk kemakmuran negara. Pada tahun 1601, Tuan Nguyen Hoang gubernur propinsi Thuan Hoa (sekarang dikenal dengan nama Hue) memerintahkan pembangunan pagoda "Surga Peri Wanita" atau Thien MU di Vietnam (juga disebut Linh M
U) begitu 
mendengar cerita rakyat setempat. Saat itu Hoang sedang dalam perjalanan wisata dan berlibur menikmati laut dan pegunungan di daerah setempat dan ia melewati bukit yang sekarang menjadi tempat berdirinya Pagoda Thien Mu.
Actually the name of the beautiful pagoda derives from a special legend. Long time ago, an old woman appeared on the hill where the pagoda stands today, telling local people that a Lord would come and build a Buddhist pagoda for the country's prosperity. On 1601, Lord Nguyen Hoang, the governor of Thuan Hoa (now known as Hue) therefore ordered the construction of the pagoda the "Heaven Fairy Lady" or Thiên Mụ in Vietnamese (also called Linh Mụ) after hearing the mentioned local legend. On that time he was on a sightseeing trip and holiday to contemplate the seas and mountains of the local area when he passed by the hill, which is now the site of the Thien Mu Pagoda.
Selama berabad-abad bangunan ini telah hancur dan dibangun kembali berkali-kali. Pada awalnya kuil ini dibangun dalam bentuk yang sangat sederhana, namun seiring waktu berlalu, beberapa raja-raja dari dinasti Nguyen seperti Gia Long, Minh Mang, Thieu Tri dan Thanh Thai, semuanya pernah memugar dan menambah dengan bentuk yang lebih rumit. Perubahan bentuk pagoda yang paling mencolok dilakukan Kaisar Thieu Tri pada tahun 1884 dan menjadi symbol tidak resmi kota Hue. Menara octagonal ini mempunyai 7 lantai yang masing-masing lantai didedikasikan untuk seorang Buddha yang menjelma menjadi manusia. Pagoda ini merupakan stupa tertinggi di Vietnam, dan sering menjadi subyek dari sajak rakyat yang bercerita tentang Hue.
Over the centuries its buildings have been destroyed and rebuilt several times. The initial temple was in a very simple form of construction, but as time went by, several kings of the Nguyen Dynasty such as Gia Long, Minh Mang, Thieu Tri and Thanh Thai, all had the pagoda redeveloped and expanded with more intricate features. The most striking feature of the pagoda was erected by King Thieu Tri in 1884, and has become the unofficial symbol of Hue city. This octagonal tower has seven stores which each of storey are dedicated to a Buddha who appeared in human form. It is the highest stupa in Vietnam, and is often the subject of folk rhymes which talk about Hue.
Di sebelah 
kiri menara adalah sebuah paviliun enam sisi yang melindungi sebuah lonceng besar. Lonceng yang disebut Dai Hong Chung, didentangkan pada tahun 1710 oleh Tuan Nguyen Phuc Chu. Lonceng ini terkenal karena ukurannya yang sangat besar, tingginya 2,5 m dan beratnya 3.285 kg, serta bunyinya terdengar sampai 10 km jauhnya. Hal ini merupakan prestasi pengecoran perunggu pada abad ke-18.
To the left of the tower is a six-sided pavilion sheltering an enormous bell. The bell was called Dai Hong Chung, was cast in 1710 by Lord Nguyen Phuc Chu. It is famous for the great size, which is 2.5m high and 3,285 kg weight, also to be audible 10 km away. It is considered to be an outstanding achievement of 18th century bronze casting.
Di sebelah k
ana
n menara adalah paviliun bersisi enam lainnya yang berisi prasasti yang berasal dari 1715. Prasati tersebut terletak di bagian belakang kura-kura marmer besar, yang merupakan simbol umur panjang, dan tingginya 2,58 meters.
To the right of the tower is another six-sided pavilion containing a stele dated from 1715. It is set on the back of a massive marble turtle, a symbol of longevity, and is 2.58 m high.
Selain itu, ada beberapa karya seni popular di dalam pagoda, yan
g menjadi daya pikat para wisatawan. Sebagai contoh, Kuil Dai Hung, balai-utama yang menyajikan sebuah arsitektur yang megah. Seperti patung-patung perunggu cetakkan dan tempat penampungan beberapa barang antik berharga: gong perunggu yang dicetak tahun 1677, papan kayu disepuh dengan tulisan Tuan Nguyen Phuc Chu (1714). Kemudian di sebelah kiri tempat suci utama ada tiga buah patung Buddha yaitu : A Da Di, Buddha Masa Lalu, Thich Ca, Sang Buddha historis (Sakyamuni), dan Di Lac Buddha, Buddha Masa Depan.
Besides, there are several popular w
orks of art inside the pagoda, which are of great captivation to tourists. For instance, Dai Hung shrine, the main-hall which presents a magnificent architecture. As bronze cast statues, it shelters some precious antiques: the bronze gong cast in 1677, the wooden gilded board with Lord Nguyen Phuc Chu's inscriptions (1714). Then in the left of the main sanctuary, are three statues: A Di Da, the Buddha of the Past; Thich Ca, the historical Buddha (Sakyamuni); and Di Lac Buddha, the Buddha of the Future.
Bukan Liza nama
nya kalo nggak melakukan kejailan di suatu tempat, apalagi di negara orang … he he he he he … Dari pertama dateng di Pagoda Thien Mu ini, ada cowok yang memperhatikan dan ngikutin gue terus. Tadinya gue pikir dia itu guide, tapi bahasa Inggrisnya ancur banget. Sedangkan nih cowok ternyata tadinya berpikir gue ini orang Vietnam and nyerocos ngomong pake bahasa Vietnam. Alaaaahh … maaaakkk … kejadian di airport tadi pagi terulang lagi deh. Sebenernya males banget ngeladeninya … tapi nih orang ngikutin gue dan ngajak ngobrol terus … so lama kelamaan tanduk gue keluar juga … kenapa nggak gue manfaatin aja ya …. hi hi hi hi hi ….. Alhasil gue punya photographer dan asistant gratis yang ngebawain camera dan tripot gue keliling kuil di belakang Pagoda ….. apalagi nih cowok lumayan cakep juga dijadiin model buat bergaya berdua ….. hua ha ha ha ha ….
It is not Liza if not doing mischief at a place, especially in other countries ... he he he he he ... The first came at the Thien Mu Pagoda, there are guys who pay attention and I following me. At first I thought he had a guide, but his English really bad. While the boy thought I was a Vietnamese and talk to me used the language of Vietnam. Aaaaahh ... the incident at the airport this morning has repeated. I actually really lazy chit chat with him ... but this boy kept following me and kept chatting ... so over time my horn out as well ... why do not I used this boy .... hi hi hi hi hi ... .. As a result I have a photographer and free an assistant to bring my tripod and my camera around the temple on the back of the Pagoda ..... especially the boy pretty cute too to be a model for taking picture together ... .. hua ha ha ha ha ....
Akhirnya setelah ngobrol dengan susah payah … gue tahu apa maunya doi. Menurut pengakuan dia, dia pelajar yang berasal dari Hanoi dan sekarang sedang melakukan survey mengenai wisatawan di Vietnam untuk tugas sekolahnya. Ffuuiiihh … jauh banget! Dia minta gue untuk ngisi form survey yang dia bawa. Hampir aja rasa bersalah gue keluar karena udah ngerjain dia … tapi begitu dia nyodorin buku berisi daftar sumbangan untuk sekolahnya dan beberapa kertas dengan tulisan bahasa yang nggak gue mengerti ….. tanduk gue mulai keluar lagi … xi xi xi xi xi :) Gue nulis di buku sumbangan dan gue keluarin selembar Rp 50.000 dari dompet sambil gue bilang karena gue dari Indonesia, so gue mau nyumbang Rupiah. Eeeehhh … bener aja dia complaint dan tetap minta duit dollar meskipun gue jelasin kalo itu nilainya sekitar 5.5 dollars … hi hi hi hi … tambah seru aja nih … akhirnya gue kasih pilihan … mau 10,000 dong atau 50.000 rupiah … eeehhh lucunya yang diambil uang rupiah gue … ha ha ha ha ha … serakah juga :)
Finally, after chatting with difficulty ... I knew what he wants. According to him, he was a student who came from Hanoi and is currently conducting a survey of tourists in Vietnam for her school assignment. Ffuuiiihh ... so far! He asked me to fill in the survey form that he was carrying. Almost feel out of guilt because I've mischief to him ... but once he give a book contains a list of donations for his school and some paper with writing language that I do not understand ... .. my horns started come out again ... xi xi xi xi xi :) I wrote in donations book and took Rp 50,000 from my wallet while I say because I'm from Indonesia, so I want to donate in rupiah amount. Aaahhh … My though was correct ….. he complaint and insist ask to me for dollar even though I explained in dollars it is about 5.5 dollars ... hi hi hi hi ... become more exciting! ... finally I gave him choices ... would take 10.000 dong or 50,000 rupiah ... aaaahhhh funny! He took my rupiah ... ha ha ha ha ha ... so greedy :)
No comments:
Post a Comment